Melakukan penjaringan atau fit and proper test untuk memilih seorang pemimpin yang pantas akan menjadi hal yang tak sulit untuk dilakukan. Oleh karena tiap manusia adalah sosok pemimpin bagi hidupnya. Orang tua menjadi pemimpin bagi anaknya, guru menjadi pemimpin bagi muridnya, kakak menjadi pemimpin bagi adiknya, bahkan seseorang diyakinkan adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Namun ketidaksadaran mendominasi akal yang menggerakkan nurani kita. Ia tak sadar bahwa eksistensi tiap manusia telah digariskan sebagai pemimpin. Padahal ajaran-ajaran universal agama banyak memberitahukan bahwa kita Tuhan menciptakan manusia untuk menjadi khalifah (pemimpin). Tuhan tak henti-hentinya memuliakan manusia dengan segala kemampuan yang telah dianugrahkan pada diri tiap manusia. Akal budi. Keduanya harus berjalan seimbang. Akal menjadi penunjuk jalan bagi manusia untuk menemukan perannya. Namun tanpa dibarengi budi pekerti, ia seolah seorang buta yang berjalan di tengah padang pasir. Tak peduli ia tukang becak, pemulung, buruh bangunan,pembantu, pengemis, gelandangan, tiap mereka adalah pemimpin. Namun amat sedikit manusia yang sadar secara eksistensial. Pemimpin yang baik adalah pelayan. Kata sebuah hadis.
