#1

Drupadi

#2

laki-laki - Drupadi

#3

woman in ambition.

#4

Silent Body

#5

Everyone's always wearing a mask

Rabu, 05 Oktober 2011

Kebebasan ala “Sang Nabi”

Jika dikatakan “sang Nabi” atau “The Prophet” adalah masterpiece Kahlil Gibran, saya sangat setuju. Di karyanya ini, dia berbicara tentang cinta, anak, perkawinan, pekerjaan, kebebasan, pemberian,undang-undang, dan hal-lainnya secara universal. Misalnya dengan analogi-analogi yang indah dan sarat makna ia mampu menjabarkan arti sebuah kebebasan. Penggalan deskripsi nya tentang kebebasan:

“Di gerbang kota dan dekat perapianmu telah kausaksikan kau melemahkan dirimu sendiri dan memuja kebebasanmu sendiri.

Sebagaimana budak belian merendahkan diri di hadapan sang tiran dan memuji-mujinya kendat membunuh dia mereka.

Ya, di rerimbunan kecil dan keteduhan benteng-benteng kota, telah kausaksikan yang paling bebas di antaramu mengenakan kebebasannya ibarat sebatang gandar dan seuntai belenggu.

Dan hatiku menitikkan darah di dalam dada; karena kau hanya dapat bebas pabila menyadari bahwa hasra bebas pun merupakan belenggu bagi jiwamu dan ketika kau hentikan bicara tentang kebebasan sebagai tujuan dan penyelesaian.”

Buku yang saya punya adalah cetakan ke delapan dari salah satu penerbit di Yogyakarta. Takkan pernah ada rasa bosan membacanya. Acap kali kita lupa makna hakiki kehidupan, Sang Nabi memparipurnakannya. Karya ini pun menjelaskan bahwa tahta tirani takkan mampu kita tumbangkan sebelum kita menumbangkan tahta yang ditegakkan dalam diri kita. Sebab bagaimana mungkin tirani dapat memerintah dengan orang yang memiliki harga diri dan kebebasan.

sahabat

yang pertama tahu kegelisahan sedang melanda
yang menitikkan air mata ketika kita sedang berusaha menahan duka
yang berusaha membuat kita tertawa dengan leluconnya yang sama sekali tak lucu
yang menyediakan bahunya untuk kita ketika kepedihan tak kunjung dapat dibendung dalam deras air mata

yang mengingatkan ketika kita lupa
yang memberi tanpa diminta
yang melihat tanpa ingin dilihat
yang bersedia mendengar kita saat semua sedang ingin didengarkan
yang rela menghapus segala beban dalam genggaman tangan penuh kasih
yang mau menunggu saat dunia beranjak meninggalkan kita dalam kegelapan dan kepedihan

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More